Minggu, 13 Desember 2009

JENIS DAN TOKEK YANG KAMI CARI:

Lebih Mahal dari Emas, Bisnis Tokek Landa Sulut
Posted on Oktober 12, 2009 by totabuanmadani

Bisnis pem-belian tokek (binatang mi-rip cecak), ter-nyata mulai melanda Sula-wesi Utara. Diperoleh kabar, ada pembeli asal Jawa yang bersedia membayar harga se-ekor tokek jutaan rupiah. Tapi syaratnya, tokek tersebut tidak cacat, masih hidup dan memiliki berat 3 ons ke atas. “Semakin berat, harganya semakin mahal. Bisa menca-pai puluhan juta, bahkan ratusan,’’ ungkap Ato, warga di Kabupaten Minahasa Utara (Minut).
Meski tokek sendiri cukup ba-nyak di daerah ini, namun tidak mudah bagi warga untuk men-dapatkan tokek dengan berat di atas 3 ons. “Umumnya tokek yang didapat berkisar satu atau 2 ons lebih.’’ Dalam bisnis ini, tokek dengan harga di bawah standar berat yang disyaratkan, tidak memiliki harga, alias tidak akan dibeli pihak buyer.
Tokek konon memiliki kha-siat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Bahkan ada isu bahwa binatang ini mampu menyembuhkan pe-nyakit AIDS, meski belum ada hasil penelitiannya. Bisnis tokek sendiri, ternyata sudah cukup popular di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan di dunia internet, banyak di-bahas soal tokek, terutama khasiat dan harganya yang jauh melebihi emas.
Tak heran jika di berbagai tempat, banyak warga yang makin santer berburu tokek di pohon-pohon atau gua-gua. Seorang warga bernama Yu-sak mengaku, dia tergiur men-cari tokek karena mendapat-kan informasi ada pembeli yang mau membayar menca-pai jutaan rupiah.
Simak juga penuturan Su-darmono. Ia terjun ke bisnis tokek ini. Caranya, dengan menjadi perantara jual beli to-kek. Ia yakin peminat binatang ini menghargai seekor tokek dengan harga cukup fantastis. Tak perlu sampai satu kilo, tokek berbobot tiga sampai empat ons saja laku dijual dengan harga puluhan juta. “Hanya tokek berbobot minimal tiga ons dihargai mahal, sedangkan yang bobotnya kurang sedikit saja harganya anjlok,” kata Sudarmono.
Dalam kurun waktu yang be-lum lama menjajal bisnis ini, Sudarmono mengaku sudah berhasil menjadi perantara jual beli tokek seharga Rp 30 juta. Upah sebagai mediator 25 persen dari nilai transaksi.
Sudarmono mengaku me-nyesal hanya menjual dengan harga sebesar itu. Pasalnya, ia masih belum terlalu banyak tahu soal pasar tokek. “Mes-tinya dulu saya bisa jual antara Rp 100 juta sampai Rp 150 juta. Waktu itu saya memang belum pengalaman,” katanya menyesal.
Menurut Sudarmono, tokek banyak diburu karena faktor hobi atau sebagai obat asma dan penyakit kulit. “Saya de-ngar, tokek banyak dipesan oleh orang Jepang dan Taiwan seba-gai media penelitian obat AIDS,” kata bapak dua anak ini.
Sementara Mahdi, pemain lain di bisnis ini, mengakui, bisnis tokek sedang booming beberapa bulan terakhir. Sejak terjun ke bisnis ini awal tahun, ia sudah dua kali menjual tokek berberat sekitar tiga ons. la melego ma-sing-masing Rp 5 juta per ekor. Pembelinya dari Jakarta. la mendapatkan tokek dari Kara-wang, Jawa Barat. Mahdi me-ngaku mengambil untung besar dari bisnis ini. Saat membeli dari penjual di Karawang, ia tak mematok harga. “la minta Rp 300 ribu, ya saya kasih,” aku pria yang berdomisili di Bekasi ini terkekeh.
Berdasarkan informasi dari Wikipedia, tokek adalah nama umum untuk menyebut cecak besar. Ada beberapa jenis tokek, namun istilah tokek biasanya merujuk kepada jenis tokek rumah. Tokek rumah adalah sejenis reptil yang masuk ke dalam golo-ngan cecak besar, suku Gek-konidae. Tokek rumah memi-liki nama ilmiah Gekko gecko (Linnaeus, 1758). Dalam ba-hasa lain hewan ini disebut sebagai téko atau tekék (ba-hasa Jawa), tokék (bahasa Sunda) dan tokay gecko atau tucktoo (bahasa Inggris).
Tokek rumah memangsa aneka serangga, cecak lainnya yang lebih kecil, tikus kecil dan mungkin juga burung kecil. Seperti bangsa cecak lainnya, tokek aktif berburu terutama di malam hari. Terkadang tokek turun pula ke tanah untuk mengejar mangsanya. Di siang hari, tokek ber-sembunyi di lubang-lubang kayu, lubang batu atau di sela atap rumah.
Telur tokek di suatu celah gua kapur. Tokek melekatkan telur-nya, yang biasanya berjumlah sepasang dan saling berlekatan, di celah-celah lubang pohon; retakan batu; atau jika di rumah, di belakang almari atau di bawah atap. Tempat bertelur ini kerap pula digunakan oleh beberapa tokek secara bersama-sama. Telur menetas setelah dua bulan lebih.

tokek2
Hewan ini tersebar luas mulai dari India timur, Nepal, Bangladesh, lewat Myanmar, Tiongkok selatan dan timur, Thailand, Semenanjung Malaya dan pulau-pulau di seki-tarnya, Sumatera, Jawa, Kali-mantan, Sulawesi, Lombok, Flores, Timor, Aru dan Ke-pulauan Filipina.
Tokek rumah kerap meng-gigit jika ditangkap. Bila dipe-gang, tokek otomatis akan me-ngangakan mulutnya siap untuk menggigit penangkap-nya. Gigitannya sangat kuat, otot-otot rahangnya seakan mengunci, sehingga muncul pameo bahwa gigitan tokek tak akan dapat lepas kecuali jika ada petir menyambar. Anggap-an yang tidak ada kebenar-annya, kecuali bahwa me-mang betul gigitannya sukar dilepaskan.
Ada cara yang mudah untuk menipu tokek agar tak tergigit ketika memegangnya. Letak-kan sesuatu yang agak lunak tetapi liat di mulutnya yang menganga, seperti sepotong ranting atau perca kain yang dilipat-lipat, yang tidak mudah putus. Tokek akan menggi-gitnya dengan sekuat tenaga, sehingga si penangkap aman untuk mengamati, memeriksa dan mengukur hewan itu. Tokek tak akan melepaskan barang itu selama ia masih dipegang orang. Namun na-mun mana kala tokek dibebas-kan, ia akan segera melepas-kan barang yang digigitnya dan berlari meninggalkannya. Selamat berburu!(nox)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar